Bellinda_Nur_Maharlinda
Selasa, 01 November 2016
LABA
LABA
Tujuan ekonomi manajerial sebuah perusahaan adalah memperoleh laba yang sebanyak-banyaknya.
Laba yaitu
• Dalam perspektif jangka pendek, menentukan laba memang sangat sederhana, tetapi untuk jangka panjang perlu perencanaan yang matang, atas:
- Bagaimana mengatur akumulasi biaya?
- Bagaimana membuat produk segera laku dengan harga yang telah ditentukan?
Karakteristik Laba
• Laba merupakan tujuan akhir dari suatu perusahaan.
• Laba merupakan sarana untuk menciptakan kesejahteraan bagi pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan:
- Karyawan (kesejahteraan, pengetahuan, ketrampilan, dsb.)
- Negara (pajak)
- Investor (deviden, sehingga mau berinvestasi lagi)
- Masyarakat (melalui CSR, ketersediaan lapangan kerja)
• Laba menentukan multiplier effect pembangunan.
Peran Laba
• laba sebagai sumber pembiayaan, seperti:
-peningkatan kualitas SDM
-perluasan produk
-perluasan pasar
-pembiayaan lainnya
• laba sebagai ukuran pembayaran pajak
• laba sebagai ukuran untuk membagi hasil usaha (deviden)
• laba merupakan cerminan kesehatan operasional perusahaan.
• laba sebagai sumber pembiayaan kesejahteraan.
• laba sebagai sumber pembiayaan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Komponen penentu laba
• Laba = Pendapatan – Biaya
• Pendapatan, merupakan variabel eksogen, yang tidak bisa dimanaje secara langsung oleh manajemen, hanya bisa dipengaruhi, karena pengambilan keputusannya adalah konsumen. Agar optimal memperleh pendapatan perlu dikaitkan dengan teori perilaku konsumen.
• Biaya, merupakan variabel endogen, yang bisa dimanaje secara langsung oleh manajemen, Agar optimal perlu penanganan biaya secara khusus dan cermat menggunakan berbagai teori, seperti teori biaya produksi, teori biaya pemasaran, dan sebagainya.ِِAkuntansi Biaya menjadi instrumen yang penting.
Laba yang di inginkan perusahaan
• Laba sebanyak mungkin dan selama mungkin. Tetapi ini terkendala oleh keinginan konsumen yang menghendaki: produk sangat berkualitas dan harga yang sangat murah. Oleh karena itu laba yang bisa dicapai adalah bukan maksimal, tetapi optimal.
• Laba yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak melanggar norma dan etika. Karena, hanya dengan hal tersebut laba dapat berlangsung selama mungkin.
KONSEP BIAYA PRODUKSI
KONSEP BIAYA PRODUKSI
1) Biaya Relevan yaitu dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis. Biaya relevan ini sangat berperan bila perusahaan dihadapkan pada masalah pilihan yang cukup pelik antara menerima atau menolak, antara menghentikan atau melanjutkan, antara membeli atau membuat, atau antara dijual di titik pisah atau setelah titik pisah dan sebagainya.
• Ciri – ciri biaya relevan
– Biaya dapat dihindari dengan suatu keputusan manajemen
– Biaya tersebut belum terjadi
– Biaya yang akan terjadi itu nilai berbeda untuk setiap alternatif.
– Biaya tersebut benar-benar memberi pengaruh didalam keputusan
• Cara menentukan apakah biaya tersebut relevan
– Mengumpulkan seluruh biaya yang terkait dengan masing2 alternatif
– Meng-eliminasi biaya terbenam (sunk cost)
– Mengeliminir biaya yang jumlahnya tidak berbeda
2) Biaya Alternatif (opportunity cost) Yaitu nilai dari sumber-sumber ekonomi dalam penggunaan alternatif yang paling baik. Sumber-sumber ekonomi termasuk faktor produksi, misalnya bahan kayu, tenaga kerja, dapat digunakan secara alternatif. Apabila kayu tersebut telah digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang maka ada kesempatan yang hilang untuk menghasilkan barang lain dengan kayu tersebut. Nilai kesempatan yang hilang ini merupakan biaya kesempatan. Biaya kesempatan tercermin dari harga faktor produksi tersebut di pasar.
3) Biaya Eksplisit versus implisit
o Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan perusahaan, atau biaya yang dikeluarkan dimana terdapat pembayaran kas. Misalnya pengeluaran untuk membeli bahan baku untuk produksi, untuk membayar tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan produksi dan sebagainya.
o Biaya implisit adalah nilai dari input yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam proses produksi, tetapi tidak sebagai pengeluaran nyata yang dikeluarkan perusahaan. Biaya implisit juga dapat diartikan sebagai biaya non kas yang diukur dalam konsep biaya kesemptan. Biaya implisit yang berkaitan dengan setiap keputusan jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya ini tidak melibatkan pengeluaran kas dan karena itu sering diabaikan dalam analisis keputusan. Karena pembayaran kas tidak dilakukan untuk biaya implisit, konsep biaya kesempatan harus digunakan untuk mengukurnya.
4) Biaya Marginal Yaitu biaya tambahan yang diperlukan untuk tambahan satu unit produk yang dihasilkan. Munculnya MC karena adanya perluasan produksi yang dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah produk yang dihasilkannya. MC dapat dihitung dengan cara membagi tambahan TC (∆TC).
Jadi,MC dapat dirumuskan sebagai berikut:
MC = TC / Q
Keterangan:
MC= Biaya marginal (marginal cost)
∆TC= Perubahan biaya total (total cost)
∆Q= Perubahan kualitas barang dan jasa
5) Biaya Inkremental Yaitu biaya yang timbul sebagai akibat dari adanya suatu pengambilan keputusan. Biaya ini merupakan perubahan biaya total yang disebabkan adanya suatu keputusan yang dibuat. Biaya inkremental bisa bersifat tetap (fixed) atau variable, karena sebuah keputusan yang baru mungkin mengharuskan pembelian fasilitas modal tambahan, tambahan tenaga kerja dan bahan – bahan ekstra lainnya.
Biaya inkremental ini harus diidentikasi secara tepat. Hanya biaya – biaya yang berubah secara nyata sebagai akibat dari suatu keputusan yang boleh dimasukkan, tetapi semua biaya yang berubah sebagai akibat dari adanya keputusan tersebut harus dimasukkan. Faktor – faktor produksi yang menganggur (tak terpakai) yang tidak mempunyai penggunaan alternative tidak mempunyai biaya inkremental dan oleh karena itu bisa dianggap tidak mempunyai biaya. Biaya yang yang telah dikeluarkan untukpembelian mesin – mesin atau pabrik dan bangunan – bangunan harus dianggap sunk cost dan tidak dimasukkan ke dalam proses pembuatan keputusan kecuali tumbalnya positif. Karena itu tanpa adanya suatu kemungkinan penggunaan alternative dan tanpa adanya suatu penggunaan yang menguntungkan dari suatu sumber daya yang dimilki, maka biaya inkremental sumberdaya tersebut adalah nol.
6) Biaya Hangus Yaitu biaya yang telah terjadi di masa yamg lalu dan tidak mempengaruhi perkiraan biaya di masa yang akan datang dalam penentuan tindakan.
7) Biaya jangka pendek dan jangka panjang
A. Jangka Pendek
- periode dimana input
produksi bersifat
tetap
- orientasinya untuk
keputusan operasi
sehari-hari
- terkait dengan
marginal cost
B. Jangka Panjang
- periode dimana input
produksi berubah
- orientasinya untuk
perencanaan jangka
panjang
- terkait dengan
inkremental cost
Adanya perpotongan antara AC dan MC yang juga sama dengan tingkat harga P1 atau sama dengan MR, memberikan arti bahwa perusahaan dalam kondisi untung normal. Perusahaan dikatakan memperoleh keuntungan normal apabila hasil penjualan totalnya sama dengan ongkos total. Ongkos total di sini yang dimaksudkan adalah telah meliputi explisit cost dan implisit cost.
Ketika harga dipasar dapat ditingkatkan menjadi P0, atau lebih besar dibanding dengan AC, maka perusahaan mengalami keuntungan yang lebih dari normal. Keuntungan dicapai ketika output produksi sebesar Q0. Besarnya keuntungan ditunjukkan oleh area persegi panjang AEP0B.
Laba jenis ini hanya akan bersifat jangka pendek, karena tingkat perolehan laba seperti ini akan menimbulkan daya tarik pemain baru yang kemudian menjadi pesaingnya.
Tingkat belum untung tapi masih bisa berjalan jika tingkat harga yang berlaku di pasar lebih rendah dibanding dengan rata-rata biaya (AC) yang dikeluarkan perusahaan. Namun tingkat harga tersebut lebih besar dari rata-rata biaya variabel (AVC). Perlu diingat bahwa AVC adalah rata-rata biaya yang besarnya dipengaruhi oleh total produksi. Gambar tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh revenue yang lebih besar dari AVC, tetapi kelebihan tersebut belum mampu menutup biaya tetapnya (AFC). Dalam kondisi seperti ini, perusahaan perlu terus beroperasi, karena kalau tidak beroperasi akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi, yaitu sebesar biaya tetapnya.
Kondisi rugi dan harus berhenti jika tingkat revenue lebih rendah dari AVC. Ini berarti perolehan perusahaan tidak dapat lagi menutup ongkos produksi. Dalam kondisi seperti ini, maka operasional perusahaan perlu dihentikan. Karena kalau diteruskan akan menyebabkan semakin membengkaknya tingkat kerugian yang mengarah pada timbulnya kebangkrutan.
AKUNTANSI BIAYA
AKUNTANSI BIAYA
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara – cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.
Tujuan Akuntansi Biaya Yakni untuk menyediakan informasi biaya bagi kepentingan manajemen guna membantu mereka di dalam mengelola perusahaan atau bagiannya.
Rantai Biaya Perusahaan yaitu mulai dari kita memasuk barang menyimpan barang di gudang lalu di proses menjadi suatu barang jadi lalu di simpan di dlm gudang lagi baru disalurkan ke konsumen. Dari awal kita memasok suatu barang kita akan mengeluarkan biaya pemesanan(transportasi, pulsa, waktu), dll. Setelah kita memiliki sebuah gudang kita akan mengeluarkan biaya perawatan gudang yang terdiri dari biaya sewa gedung, biaya listrik, biaya keamanan, biaya kerusakan, biaya capital idle, dll. Kalau dalam proses produksi akan muncul biaya cacat produk, biaya sisa bahan, biaya keterlambatan produksi, dll. Dalam menyalurkan ke konsumen akan muncul biaya return, biaya keluhan, biaya perbaikan tidak puas, dll. Tapi dari rantai biaya perusahaan tersebut biaya untuk gedung bisa dieliminasi karena sekarang suatu barang bisa di inden sebelum perusahaan membeli, setelah konsumen membeli baru perusahaan mengambil barang dan langsung bisa di kirim ke konsumen tanpa di simpan di gudang terlebih dahulu.
Setiap perusahaan pada umumnya bertujuan untuk memperoleh laba yang semaksimal mungkin . Hal tersebut tidaklah mengherankan karena dengan laba yang diperolahnya itu dapat mempertahankan hidupnya dan memperluas usahanya. Sehingga bagi seorang pimpinan akan terus berusaha untuk meningkatkan laba yang diperolehnya. Hal ini dikarenakan jumlah laba yang di dapat oleh suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai sebuah acuan maupun ukuran kemajuan sebuah perusahaan. Selain itu laba yang diperoleh dapat juga dijadikan sebagai suatu gambaran keberhasilan seorang pimpinan didalam memanajemen perusahaannya. Laba dapat diperoleh apabila suatu perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan sejenis. Persaingan tersebut selain dari mutu yang dihasilkan, juga persaingan dalam hal menentukan harga jual. Karena konsumen biasanya akan mencari produk dengan harga yang wajar dengan kualitas yang memuaskan.
Untuk memperoleh laba, suatu perusahaan dapat melakukan dua cara. Cara pertama dengan menaikan harga jual. Tindakan ini memang dapat meningkatkan laba,akan tetapi dalam kondisi persaingan yang semakin ketat ini,perusahaan tidak mudah untuk menaikan harga jual karena dapat menyebabkan konsumen lari ke produk pesaing yang memiliki harga yang lebih murah dengan kualitas produk yang sama. Cara kedua adalah dengan menekan biaya produksi secara efisien dan mengendalikan komponen biaya-biayanya sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat ditekan seminimal mungkin. Biaya produksi yang tidak terkendali akan menyebabkan harga pokok terlalu tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan daya saing produk dan akhirnya dapat menurunkan laba. Maka dari itu biaya produksi harus dicatat dengan baik dan dihitung dengan benar sehingga dapat menghasilkan harga pokok produk yang tepat. Dengan demikian perusahaan dapat menetapkan harga jual yang kompetitif,yang dapat mengoptimalkan laba sekaligus memenuhi tuntutan konsumen.
Agar harga jual dapat ditetapkan dengan memadai, dalam arti harga jual tersebut minimal dapat menutupi biaya yang dikeluarkan, harga jual dapat bersaing dengan perusahaan sejenis, dan harga jual mengandung laba yang dapat diharapkan perusahaan, maka satu cara yang digunakan adalah dengan menghitung terlebih dahulu harga pokok produksi.
Tanpa adanya perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan benar, maka perusahaan yang bersangkutan tidak akan mengetahui dengan pasti keuntungan yang diperolehnya atau mungkin juga kerugian yang dideritanya.untuk itu perusahaan merasa perlu untuk menggunakan sistem akuntansi biaya. Melalui sistem akuntansi biaya ini perusahaan akan memperoleh informasi–informasi biaya yang dibutuhkan untuk setiap produk pesanan dalam rangka menghitung biaya-biaya produksi yang diperkirakan terjadi.Walaupun informasi biaya bukanlah satu-satunya informasi yang dibutuhkan manajemen, akan tetapi paling tidak informasi biaya dapat mencerminkan unsur-unsur biaya secara rinci dari produk yang dihasilkan, karena pastinya biaya produksi akan sangat mempengaruhi harga jual suatu produk.
Senin, 31 Oktober 2016
Langganan:
Komentar (Atom)
